Laporan Analisis Kandungan Vitamin C Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis Double Beam
Mata Pelajaran Fotometri
Kimia Analis SMK N 2 Depok Sleman
I.
ACARA
Analisis
kandungan vitamin C menggunakan spektrofotometer UV-VIS double beam
II.
TUJUAN
1.
Dapat
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis double beam
2.
Dapat
menentukan panjang gelombang maksimum vitamin dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis double beam
3.
Dapat
menentukan kadar vitamin C dalam suatu sampel denga menggunakan
spektrofotometer UV-Vis double beam
III.
DASAR
TEORI
Metode spektrofotometri termasuk salah
satu metode analisis instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi
elektromagnetik dengan materi. Radiasi elektromagnetik sendiri merupakan suatu
bentuk energi yang merambat sebagai bentuk gelombang transversal yang
bervibrasi tegak lurus terhadap arah rambatan. Energi tersebut mempunyai
panjang gelombang, frekuensi dan bilangan gelombang. Panjang gelombang
menyatakan jarak satu putaran gelombang, sedangkan frekuensi menyatakan
banyaknya putaran gelombang yang melewati titik tertentu per satuan waktu.
Banyaknya gelombang dalam satu putaran panjang gelombang tertentu dinamakan
bilangan gelombang.
Analisis spektrofotometri dapat dilakukan
pada daerah Ultraviolet (UV) 200 – 400 nm dan pada daerah sinar tampak
(visible) dengan kisaran 400 – 800 nm. Pengujian dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis, materi akan menyerap energi sesuai dengan panjang
gelombangnya dan akan diteruskan sebagai warna komplementernya. Apabila suatu
larutan berwarna biru, larutan tersebut teramati berwarna biru karena menyerap
warna komplementer kuning dari sinar putih dan meneruskan warna sisanya
sehingga berwarna biru.
Spektrofotometri UV-Vis dapat
digunakan untuk melakukan penentuan komponen dalam campuran dua senyawa atau
lebih tanpa melalui pemisahan. Komponen senyawa dalam campuran mempunyai
spektra saling tumpang tindih dapat ditentukan secara simultan.
Menurut Hukum Beer, absorbansi
campuran senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu akan sama dengan
penjumlahan absorbansi dari masing-masing zat tersebut.
Hubungan konsentrasi sampel dengan
absorbansi akan selalu berupa garis lurus yang melewati titik 0, akan tetapi
dalam pengukuran biasanya menunjukkan penyimpangan Hukum Beer. Penyimpangan
tersebut biasanya terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
sejati, faktor instrumental dan faktor kimia. Faktor sejati biasanya terjadi
akibat pengabaian perubahan indeks bias dalam medium sehingga dapat menyebabkan
penyimpangan negatif dengan adanya kenaikan konsentrasi larutan. Kesalahan
instrumental biasanya berasal dari monokromator yang tidak mampu menghasilkan
sinar yang benar-benar monokromatis yang dapat memberikan penyimpangan positif.
Faktor kimia yang dapat disebabkan oleh proses disosiasi, asosiasi, pembentukan
kompleks, polimerisasi atau solvolisis dalam larutan. Kesalahan fotometri
diakibatkan oleh kesalahan sel fotolistrik pada detektor dalam membedakan sinar
datang dan sinar yang ditransmisikan. Kesalahan ini biasanya terjadi pada
larutan yang sangat encer atau sangat pekat.
Pengujian secara kuantitatif suatu
analit dengan metode spektrofotometri UV-Vis akan menghasilkan data berupa
absorbansi atau transmitansi yang dapat dikuantitasi dengan menggunakan suatu
pembanding atau standar. Pengujian secara kuantitatif dapat dilakukan suatu
larutan standar yang diketahui konsentrasinya sehingga konsentrasi analit dapat
ditentukan. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menentukan konsentrasi
suatu analit, yaitu metode standar tunggal, kurva kalibrasi larutan standar dan
metode analisis standar.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
organik di daerah ultraviolet dan sinar tampak, akan bersamaan dengan perubahan
keadaan elektronik dalam molekul yaitu energi disediakan untuk mempromosikan
energi dari keadaan dasar ke orbital energi yang lebih tinggi (keadaan
tereksitasi) yang dikenal sebagai orbital antiboding. Jika dimaknakan bahwa
ikatan adalah pasangan elektron, maka kini terdapat tiga jenis ikatan yaitu
pasangan elektron bebas, ikatan sigma dan ikatan pi. Pasangan elektron bebas
(non-boding electrons atau lone pair electron) merupakan pasangan elektron yang
tidak digunakan untuk berikatan dengan elektron lain tetapi berikatan dengan
elektron pada atom tersebut.
Ketika sinar yang memiliki
tenaga/energi tertentu mengenai cuplikan/sampel maka ikatanlah yang paling
berperan dapat menyerap tenaga sinar tersebut. Tenaga sinar yang diserap oleh
sampel tersebut akan menaikkan tenaga ikatan. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya kenaikan tenaga molekul-molekul dari tingkatan tenaga yang rendah
(ground state) ke tingkatan tenaga yang lebih tinggi (exited state), yang
dikenal dengan peristiwa eksitasi.
Bila sinar ditiadakan, maka
molekul-molekul yang berada dalam keadaan exited state akan kembali pada
kedudukan semula atau ground state. Selama kembali tersebut tenaga yang diserap
akan dilepaskan kembali dalam wujud sinar sebagai emisi atau lepas sebagai
panas. Bila tenaga sinar lebih besar, maka ikatan akan putus. Namun untuk
memutuskan ikatan dari keadaan terikat/ikatan sigma (sigma bonding) menjadi
sigma anti boding dibutuhkan tenaga yang besar (dinyatakan dengan ΔE).
Pemutusan ikatan ini membutuhkan tenaga/energi yang cukup tinggi, sedangkan
energi sinar uv-vis tidak cukup kuat untuk terjadinya eksitasi dari sigma
bonding ke sigma anti boding. Kegunaan spektroskopi uv-vis secara kualitatif
adalah untuk menentukan adanya ikatan tidak jenuh atau sering disebut sebagai
gugus kromofor.
IV. ALAT-ALAT
1. Kuvet 2
2. Labu takar 50 mL 5
3. Beaker glass
4. Pipet ukur 1 mL
5. Pipet ukur 5 mL
6. Pipet tetes
7. Pro pipet
8. Spektrofotometer UV-Vis double beam
V.
BAHAN-BAHAN
1. Larutan sampel
2. Asam askorbat
3. Akuades
VI.
LANGKAH
KERJA
1.
Penentuan
panjang gelombang maksimum
a.
Membuat
larutan 1000 ppm asam askorbat
b.
Membuat
larutan asam askorbat 25 ppm dari larutan induk asam askorbat 1000 ppm
2.
Pembuatan
kurva kalibrasi
a.
Membuat
larutan seri asam askorbat dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan
25 ppm
b.
Mengukur
serapan masing-masing pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh
c.
Membuat
grafik regresi serapan (A) dengan konsentrasi (C)
d.
Menentukan
persamaan regresi linier dan koefisien regresinya
3.
Penentuan
vitamin C konsentrasi sampel
a.
Mengukur
serapan larutan sampel menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum
b.
Menentukan
konsentrasi vitamin C yang terdapat di dalam sampel dalam % b/b
VII.
PENGAMATAN
ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
DOUBLE BEAM
NO
|
PERCOBAAN
|
PENGAMATAN
|
1
|
Penentuan panjang gelombang maksimum
|
|
|
Mengukur panjang gelombang maksimum dari
larutan seri asam askorbat 15 ppm
|
Diperoleh panjang gelombang
maksimum sebesar 263 nm.
|
2
|
Pembuatan larutan standar
|
|
|
Membuat larutan seri asam askorbat dengan konsentrasi 5 ppm, 10
ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm
|
Larutan tidak berwarna dalam labu takar 50
mL.
|
3
|
Membuat kurva kalibrasi
|
|
|
a.
Mengisi
kuvet dengan akuades sampai hampir penuh kemudian memasukkannya ke dalam beam instrument Spektrofotometer
UV-Vis Double Beam.
|
Akuades tidak berwarna.
|
|
b.
Mengukur
absorbansi dari akuades sebagai blanko.
|
Nilai absorbansi dari akuades sebagai blanko
sebesar 0,000.
|
|
c.
Mengeluarkan
kuvet berisi akuades sebagai blanko kemudian menempatkan kuvet berisi larutan
seri asam askorbat 5 ppm ke dalam beam instrument
Spektrofotometer UV-Vis Double Beam.
|
Larutan seri asam askorbat 5 ppm tidak
berwarna.
|
|
d.
Mengukur
absorbansi dari larutan seri asam askorbat 5 ppm.
|
Nilai absorbansi dari larutan seri asam
askorbat 5 ppm sebesar 0,364.
|
|
e.
Melakukan
percobaan c dan d pada konsentrasi 10, 15, 20, 25 ppm
|
Diperoleh nilai absorbansi masing-masing konsentrasi :
0 ppm = 0.000
5 ppm =
0.364
10 ppm = 0.601
15
ppm = 0.892
20 ppm = 1.021
25 ppm = 1.229
|
|
f.
Menentukan
persamaan regresi linear dan koefisien regresinya.
|
Persamaan regresi linear
dengan perhitungan terlampir. Koefisien regresi R² = 0,979 |
4
|
Menentukan
Konsentrasi Sampel Vitamin C
|
|
|
a. Mengubah
pengaturan tipe pengukuran instrument Spektrofotometer
UV-Vis Double Beam.
|
Memilih opsi Photometry di submenu Measurement
Type.
|
|
b. Mengubah
pengaturan jumlah panjang gelombang instrument
Spektrofotometer UV-Vis Double Beam.
|
Memilih opsi 1 di submenu Number of Wavelength(s).
|
|
c. Mengubah pengaturan panjang gelombang instrument
Spektrofotometer UV-Vis Double Beam.
|
Memasukkan nilai 263,0 nm pada submenu Wavelength 1.
|
|
d.
Mengisi
kuvet dengan akuades sampai hampir penuh kemudian memasukkannya ke dalam beam instrument Spektrofotometer
UV-Vis Double Beam.
|
Akuades tidak berwarna.
|
|
e.
Mengukur
absorbansi dari akuades sebagai blanko.
|
Nilai absorbansi dari akuades sebagai blanko
sebesar 0,000
|
|
f.
Mengeluarkan
kuvet berisi akuades sebagai blanko kemudian menempatkan kuvet berisi larutan
sampel vitamin C ke dalam beam instrument
Spektrofotometer UV-Vis Double Beam.
|
Larutan sampel vitamin C tidak berwarna.
|
|
g.
Mengukur
absorbansi dari larutan sampel vitamin C.
|
Nilai absorbansi dari larutan sampel vitamin
C sebesar 0,405
|
|
h.
Menentukan
konsentrasi vitamin C yang terdapat dalam sampel dengan satuan % b/b.
|
Konsentrasi vitamin C dalam sampel
sebesar 1,4832 %
dengan perhitungan terlampir.
|
VIII. PERHITUNGAN
Konsentrasi
|
Absorbansi
|
0
|
0
|
5
|
0,364
|
10
|
0,601
|
15
|
0,892
|
20
|
1,021
|
25
|
1,229
|
Sample
|
0,405
|
y = 0,048x + 0,084
|
y = 0,048x
+ 0,084
0,405 =
0,048x + 0,084
0,048x =
0,321
= 6,6875
Jadi,
konsentrasi sampel vitamin C adalah sebesar 6,6875 ppm.
Untuk mengubah konsentrasi sampel
vitamin C dari satuan ppm ke satuan % b/b digunakan rumus sebagai berikut :
Jadi, konsentrasi sampel
vitamin C dalam satuan % b/b adalah sebesar 1,4832 %
IX. GAMBAR
KERJA
TERLAMPIR
X.
KURVA
KALIBRASI
TERLAMPIR
XI.
PEMBAHASAN
XII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan,
kami dapat menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis double beam, dapat
menentukan panjang gelombang maksimum vitamin dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis double beam, dapat melakukan praktik kerja menggunakan
instrumentasi spektrofotometer UV-Vis double beam, serta dapat menentukan kadar
vitamin C dalam suatu sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis double
beam. Hasil praktikum diperoleh, bahwa kadar vitamin C dalam
suatu sampel sebesar 1,4832 %
|
|
Yogyakarta, 11 Februari 2014
|
Mengetahui,
|
|
|
Guru Pembimbing
|
|
Praktikan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. Sulastri,
M.Pd
|
|
1. Larissa
Chandra Azaria
|
2. Drs.
Heriyanto
|
|
2. Maretha
Nurviani
|
|
|
3. Margareta
O
|
|
|
4. Muhammad
Fachry A
|
|
|
5. Muhammad N F B M
|
|
|
6. Nida Nur
Fathurrohmah
|
|
|
7. Noer Azza
Fauziana
|
|
|
8. Nur Annisa
Zaenab
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar