Kamis, 12 Mei 2016

PENENTUAN KADAR ION NITRIT (NO2) DALAM SAMPEL AIR



LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR ION NITRIT (NO2) DALAM SAMPEL AIR



DISUSUN OLEH         :
Nur Annisa Zaenab                            (XIII KA / 24)
Qi Indah Noor Fadhilah                    (XIII KA / 25)
Rifqi Fatimah                                     (XIII KA / 26)
Rista Pujiwati                                     (XIII KA / 27)



SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
MRICAN, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN
YOGYAKARTA
2015




BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG MASALAH
Analisa air dan mineral merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh seorang analis kimia. Materi tersebut mempelajari prosedur analisis air, tanah dan bebatuan. Parameter yang dianalisis dapat dibagi menjadi fisika dan kimia. Parameter fisika seperti analisis pH, suhu, TSS, dll. Sedangkan parameter kimia seperti analisis besi, mangan, fluor, sulfat, nitrat, nitrit, fosfat, dll.
Dalam mata pelajaran pada tingkat sebelumnya telah mempelajari cukup banyak prosedur analisis air untuk penentuan ion-ion yang ada di dalam air. Diantaranya adalah penentuan kadar besi, fluor, sulfat, krom dan aluminium dengan menggunakan metode spektrofotometri. Metode spektrofotometri sering digunakan untuk analisa air dikarenakan sangat cocok untuk menganalisis kandungan ion-ion dalam air yang cukup kecil.
Untuk menanggulangi pencemaran air dan menjaga kesehatan masyarakat pemerintah telah menetapkan nilai ambang batas kadar ion-ion yang terkandung dalam air. Contohnya yaitu NAB besi adalah 0,3 mg/L, NAB aluminium adalah 0,2 mg/L, NAB kromium adalah 0,05 mg/L dan NAB fluorida adalah 1,5 mg/L.
Salah satu ion dalam air yang belum pernah menjadi bahan percobaan oleh praktikan maupun rekan-rekan praktikan adalah ion nitrit. Oleh karena itu praktikan tertarik untuk mencari bahan prosedur analisis nitrit dalam air untuk dipraktikkan di dalam laboratorium sehingga dapat ditentukan kadar nitrit dalam air yang dianalisis. Selain itu, praktikan juga dapat mengetahui nilai ambang batas ion nitrit yang diperbolehkan oleh pemerintah sehingga dapat menambah wawasan praktikan dalam materi ini.

B.          RUMUSAN MASALAH
1.           Berapa kadar nitrit (NO2) dalam air yang dianalisis?
2.      Berapa nilai ambang batas ion nitrit (NO2) dalam air bersih yang ditetapkan oleh    pemerintah?


C.          PEMBATASAN MASALAH
1.            Menyebutkan kadar nitrit (NO2) dalam air yang dianalisis
    Menjelaskan batas maksimum kadar nitrit (NO2) yang diperbolehkan sesuai aturan pemerintah

D.          TUJUAN PENELITIAN
1.           Dapat menentukan kadar nitrit (NO2) dalam contoh air yang dianalisis
2.          Dapat menjelaskan batas maksimum kadar nitrit (NO2) yang diperbolehkan sesuai aturan pemerintah

E.          MANFAAT PENELITIAN
1.           Manfaat teoritis
a.        Dapat melakukan praktikum penentuan kadar nitrit (NO2) dalam contoh air secara spektrofotometri
b.         Dapat mengetahui tingkat kelayakan air bersih berdasarkan kadar nitrit (NO2) yang terkandung didalamnya
c.           Dapat mengetahui fungsi dan bahaya nitrit (NO2) bagi tubuh
2.           Manfaat praktis
a.           Mendapatkan nilai kadar nitrit (NO2) dalam air yang diuji
b.          Dapat menentukan kualitas air bersih yang diuji berdasarkan kadar nitrit (NO2) yang terkandung didalamnya




BAB II
LANDASAN TEORI

A.         AIR
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah  (sumur), air permukaan (sungai, danau, waduk dan rawa-rawa), oleh karena itu kuantitas dan kualitas dari sumber-sumber air tersebut perlu dipelihara.
Kualitas air yang buruk yang disebabkan adanya berbagai jenis bakteri pathogen dan kandungan bahan-bahan kimia berbahaya dapat membunuh berjuta manusia terutama di negara-negara sedang berkembang. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih maka salah satu upaya yang dilakukan masyarakat adalah dengan pemanfaatan sarana air tanah dalam bentuk sumur, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri. Tetapi kualitas air sumur dipengaruhi oleh struktur lapisan tanah, dimana air itu berada dan sumber pengotoran yang ada di sekitarnya. Salah satu bentuk pengotoran/pencemaran terhadap sumber air adalah senyawa nitrogen seperti nitrit dan nitrat.

Tabel Baku Mutu Air
Standar Kualitas Air :
-              Turbidity atau kekeruhan
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa  jauh cahaya mampu menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami "pemantulan" oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah Jackson Turbidity Unit (JTU), dimana 1 JTU sama dengan turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air.  
-              pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Air murni  bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25°C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
-              EC (Electrical Conductivity)
EC (Electrical Conductivity) atau konduktansi adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktansi suatu larutan akan sebanding dengan konsentrasi ion-ion dalam larutan tersebut.
-              Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat berperan dalam reaksi-reaksi kimia dan pertumbuhan mikroba dalam air. Mikroba yang merugikan bagi makhluk hidup dapat hidup pada temperature tertentu sehingga jika kita menaikkan atau menurunkan suhu, maka pertumbuhan mikroba tersebut dapat terganggu.
-              Oksigen terlarut (DO)
Kebutuhan oksigen (Oxygen Demand) merupakan salah satu parameter  penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam  bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga  bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
-              Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.

B.          NITRIT
Nitrit dan nitrat merupakan senyawa nitrogen yang terbentuk dari hasil ikatan nitrogen dan oksigen melalui siklus nitrogen dengan bantuan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter, dan apabila melebihi standar kualitas air bersih maka kadar nitrit dan nitrat ini akan menjadi bahan pencemar bagi air bersih yang diperoleh dari sumur penduduk.
Kehadiran bahan polutan senyawa nitrogen dalam air sumur akan terus berlangsung selama proses dekomposisi sampah belum berhenti dan pada proses selanjutnya akan terbentuk nitrit dan nitrat yang mana kedua bahan tersebut dalam konsentrasi melebihi standar kualitas air bersih dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia.
Pengaruh negatif nitrit dalam sampel air terhadap kesehatan sangat besar. Nitrat dan nitrit seluruhnya diserap oleh tubuh, yang sangat penting dipertimbangkan adalah bahwa nitrat dapat secara menyeluruh dikonversikan menjadi nitrit hasil reduksi bakteri, dimana reduksi ini terjadi di dalam tubuh termasuk perut (sistem pencernaan). Pada bayi dimana keasaman lambungnya kecil yaitu sekitar pH : 4 dihasilkan nitrit yang besar yang akan mengoksidasi haemoglobin darah menjadi methaemoglobin dan akan menimbulkan methemoglobinemia. Pada bayi methemoglobinemia ini akan menyebabkan bayi kekurangan oksigen sehingga mukanya akan tampak membiru maka penyakit ini dikenal sebagai “blue baby”.
Di bawah kondisi tertentu nitrit bereaksi di dalam tubuh manusia dengan asam amino membentuk nitrosamine yang merupakan karsinogenik. Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan gastro intestinal antara lain diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan bila tidak mendapatkan tindakan medis dapat menimbulkan kematian. Keracunan kronis dapat menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental. Keracunan nitrat akut dan subakut dapat menyebabkan methaemoglobinemia yang berakibat vasodilatasi pembuluh darah. Hypoksia akan nampak bila methaemoglobinemia lebih dari 20%. Keracunan kronik dari nitrit dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada liver, jantung di mana sel-sel otot jantung akan mengalami pengecilan dan fibrotik dan arteri koronaria akan mengalami vasodilatasi, pada bronchus mengalami vasodilatasi dan infiltrasi  limposit ke dalam mukosa dan otot polos bronchus kemudian mengalami atropi dan akhirnya terjadi empisema pulmonum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal, 3 September 1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih telah ditetapkan bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk nitrat adalah sebesar 10 mg/l dan nitrit sebesar 1,0 mg/l, berdasarkan SK Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) nomor : KEP-02/MEN KLH/I/1988 untuk air golongan A konsentrasi nitrit yang dianjurkan/dibolehkan adalah nihil, untuk nitrat dianjurkan 5 mg/l dibolehkan 10 mg/l.
Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organic hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah.

C.         SPEKTROFOTOMETRI
Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 750 nm (Rohman, 2007). Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu. Instrument yang digunakan adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrofotometer dan sebuah fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Bassett, dkk., 1994).
Umumnya spektroskopi dengan sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Vis) dibahas bersama karena sering kedua pengukuran dilakukan pada waktu yang sama. Karena spektroskopi UV-Vis berkaitan dengan proses berenergi tinggi yakni transisi elektron dalam molekul, informasi yang didapat cenderung untuk molekul keseluruhan bukan bagian-bagian molekulnya.
Metoda ini sangat sensitif dan dengan demikian sangat cocok untuk tujuan analisis. Lebih lanjut, spetroskopi UV-VIS sangat kuantitatif dan jumlah sinar yang diserap oleh sampel diberikan oleh ungkapan hukum Lambert-Beer. Menurut hukum ini, absorbans larutan sampel sebanding dengan panjang lintasan cahaya dan konsentrasi larutannya.
Spektrum kasat mata (bahasa Inggris: Visible spectrum) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang tampak oleh mata manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang ini disebut sebagai cahaya tampak atau cahaya saja. Tidak ada batasan yang tepat dari spektrum optik; mata normal manusia akan dapat menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm (atau dalam frekuensi 790-400 terahertz). Mata yang telah beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah hijau dari spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink atau ungu, tidak terdapat dalam spektrum ini karena 29 warna-warna tersebut hanya akan didapatkan dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang.
Panjang gelombang yang kasat mata didefinisikan oleh jangkauan spektral jendela optik, wilayah spektrum elektromagnetik yang melewati atmosfer Bumi hampir tanpa mengalami pengurangan intensitas atau sangat sedikit sekali (meskipun cahaya biru dipancarkan lebih banyak dari cahaya merah, salah satu alasan mengapa langit berwarna biru). Radiasi elektromagnetik di luar jangkauan panjang gelombang optik, atau jendela transmisi lainnya, hampir seluruhnya diserap oleh atmosfer. Dikatakan jendela optik karena manusia tidak bisa menjangkau wilayah di luar spektrum optik. Inframerah terletak sedikit di luar jendela optik, namun tidak dapat dilihat oleh mata manusia. 



BAB III 
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.          METODE PRAKTIKUM
Metode praktikum yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode spektrofotometri dengan menggunakan alat spektrofotometer Uv-Visible. Prinsipnya yaitu senyawa nitrit dalam contoh uji air bereaksi dengan sulfanilamide dalam suasana asam menghasilkan senyawa diazonium yang sebanding dengan banyaknya senyawa nitrit dalam contoh uji. Senyawa diazonium tersebut kemudian bereaksi dengan n-(1-naftil)-etilendiamin dihihidroklorida (NED dihidroklorida) membentuk senyawa azo. Senyawa azo yang terbentuk ekivalen dengan banyaknya senyawa diazonium yang ekivalen dengan banyaknya nitrit dalam contoh. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang optimal sekital 543 nm.
  
B.          WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
1.            Waktu Penelitian 
          Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Maret 2015 pada jam 07.00 – 12.30 WIB.
  
2.          Tempat Penelitian
         Penelitian ini dilakukan di Laboratoriun Kimia Analisis SMK N 2 Depok Sleman. 

C.         ALAT DAN BAHAN 
1.           ALAT-ALAT                 : 
         a.         Beaker glass 600 mL                              1 
         b.        Beaker glass 250 mL                              1 
         c.         Beaker glass 50 mL                                3 
         d.        Labu takar 250 mL                                 2 
         e.         Labu takar 100 mL                                 1 
         f.         Labu takar 50 mL                                   9 
         g.        Pipet volume 50 mL                               1 
         h.        Pipet volume 25 mL                               1 
          i.          Pipet ukur 1 mL                                    1 
          j.          Pengaduk gelas                                     1 
         k.        Corong 
         l.          Botol reagen 
        m.      Spatula 
         n.        Pro pipet 
         o.        Serbet 
         p.        Tissue 
         q.        Neraca 
          r.          Spektrofotometer UV-Vis 

2.          BAHAN-BAHAN          : 
         a.         Sampel air A                                         50 mL 
         b.        Sampel air B                                         50 mL 
         c.         Sampel air C                                         50 mL 
         d.        Padatan NaNO2                                                  0,075 gram 
         e.         Padatan Sulfanilamide                           2,5 gram 
         f.         Padatan N-1 naftil etilen diamina          0,25 gram
                 dihidroklorida                
         g.        Larutan HCl (p)                                              25 mL 
         h.        Aquadest 
         i.          Sabun Cair 

D.        LANGKAH KERJA
         1.             Pembuatan reagen
                    a)             Larutan sulfanilamide 
                               -                Memasukkan 150 mL aquadest ke dalam beaker glass 250 mL 
                               -                Menambahkan 25 mL HCl pekat 
                               -                Menambahkan 2,5 gram sulfanilamide kemudian diaduk 
                               -                Mengencerkan larutan hingga volume 250 mL 
                    b)            Larutan NEDD (N-1 naftil etilen diamina dihidroklorida) 
                               -                Menimbang 0, 25 gram NEDD 
                              -                Melarutkan dengan aquadest hingga volume 250 mL (dimasukkan ke dalam botol gelap) 
        2.             Pembuatan larutan standar 
                   a)             Larutan induk NO2 500 ppm 
                              -                Menimbang 0,075 gram NaNO2 
                              -                Melarutkan dengan aquadest 
                              -                Memasukkan ke dalam labu takar 100 mL 
                              -                Menambahkan aquadest hingga tanda batas 
                              -                Membersihkan titik-titik air di atas skala dan menggojog larutan 
                   b)             Larutan baku NO2 50 ppm 
                              -                Mengambil 10  mL larutan induk NO2 500 ppm 
                              -                Memasukkan ke dalam labu takar 100 mL 
                              -                Menambahkan aquadest hingga tanda batas 
                              -                Membersihkan titik-titik air di atas skala dan menggojog larutan 
                   c)             Larutan standar NO2  0; 1;  2;  4 dan 8 ppm 
                              -                Mengambil  0; 0,5; 1; 2 dan  4 mL larutan baku NO2  50 ppm 
                              -                Memasukkan ke dalam labu takar 50 mL 
                              -                Menambahkan aquadest hingga tanda batas 
                              -                Membersihkan titik-titik air di atas skala dan menggojog larutan 
        3.             Preparasi larutan standar dan sampel 
                   a)             Menyaring air sampel 
                   b)            Memasukkan 50 mL larutan standar dan sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL 
                  c)             Menambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, membiarkan bereaksi selama 2-8 menit 
                   d)            Menambahkan 1 mL larutan NEDD lalu menggojog 
                   e)             Membiarkan selama 10 menit 
                   f)             Mengukur absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm 

E.            PENGAMATAN 
           PENENTUAN KADAR NITRIT DALAM SAMPEL AIR 
1.             Pembuatan larutan sulfanilamide
NO
PERCOBAAN
PENGAMATAN
1.
Memasukkan 150 mL aquadest ke dalam beaker glass 250 mL
Aquadest sebanyak 150 mL dalam beaker glass 250 mL tidak berwarna
2.
Menambahkan 25 mL HCl pekat

Larutan HCl(p) tidak berwarna, setelah ditambahkan larutan menjadi hangat
3.
Menambahkan 2,5 gram sulfanilamide kemudian diaduk

Sulfanilamide berbentuk kristal berwarna putih dilarutkan dengan aquadest 50 mL dan terlarut sempurna
4.
Memindahkan ke dalam labu takar 250 mL lalu mengencerkan dengan aquadest hingga tanda batas
Larutan sulfanilamide dalam labu takar 250 mL ditepatkan dengan aquadest
Larutan tidak berwarna
5.
Membersihkan titik-titik air di atas skala dan menggojog hingga homogen
Larutan sulfanilamide telah homogen dan siap digunakan

 2.             Pembuatan larutan NEDD
NO
PERCOBAAN
PENGAMATAN
1.
Menimbang 0,25 gram N-1 naftil etilen diamina dihidroklorida
N-1 naftil etilen diamina dihidroklorida berbentuk kristal berwarna putih
2.
Melarutkan dengan aquadest sebanyak 100 mL
Kristal N-1 naftil etilen diamina dihidroklorida terlarut sempurna dalam beaker glass


3.
Memindahkan ke dalam labu takar 250 mL lalu mengencerkan dengan aquadest hingga tanda batas
Larutan NEDD dalam labu takar 250 mL ditepatkan dengan aquadest
Larutan tidak berwarna
4.
Membersihkan titik-titik air di atas skala dan menggojog hingga homogen
Larutan NEDD telah homogen dan siap digunakan

 3.             Pembuatan larutan induk 500 ppm
NO
PERCOBAAN
PENGAMATAN
1.
Menimbang 0,075 gram NaNO2
NaNO2 berbentuk serbuk berwarna putih
2.
Melarutkan dengan aquadest
NaNO2 dilarutkan dengan aquadest dalam beaker glass
3.
Memindahkan ke dalam labu takar 100 mL lalu menandabataskan dengan aquadest
Larutan NaNO2 induk 500 ppm  dalam labu takar 100 mL telah tepat tanda
4.
Membersihkan titik-titik air di atas skala dan menggojog hingga homogeny
Larutan NaNO2  induk 500 ppm tidak berwarna,  telah homogen dan siap digunakan

4.             Pembuatan larutan baku NO2 50 ppm
NO
PERCOBAAN
PENGAMATAN
1.
Mengambil 10 mL larutan induk 500 ppm lalu memasukkan ke dalam labu takar 100 mL
Larutan induk 500 ppm tidak berwarna
2.
Menandabataskan dengan aquadest
Larutan baku 50 ppm ditepatkan dengan aquadest, larutan  tidak berwarna
3.
Membersihkan titik-titik air di atas skala dan menggojog hingga homogeny
Larutan baku 50 ppm telah homogeny dan siap digunakan

5.             Pembuatan larutan standar NO2 0; 0,5;  1; 2 dan 4 ppm
NO
PERCOBAAN
PENGAMATAN
1.
Mengambil 0; 0,5;  1; 2 dan 4 mL larutan baku NO2  50 ppm
Larutan baku NO2  50 ppm tidak berwarna
2.
Memasukkan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL
Larutan baku NO2  100 ppm dalam labu takar 50 mL tidak berwarna
3.
Menandabataskan dengan aquadest
Aquadest tidak berwarna, masing-masing larutan standar telah tepat tanda
4.
Membersihkan titik air di atas skala dan menggojog hingga homogeny
Masing-masing larutan standar telah homogen dan siap digunakan

6.             Preparasi larutan sampel
NO
PERCOBAAN
PENGAMATAN
1.
Menyaring larutan sampel
Larutan sampel bersih dari bahan pengotor
2.
Memasukkan 50 mL larutan standar dan sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL
Larutan standar dan sampel dalam erlenmeyer 250 mL tidak berwarna
3.
Menambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, membiarkan bereaksi selama 2-8 menit

Larutan sulfanilamide tidak berwarna
setelah di tambahkan 1 mL pada larutan standard dan sampel, larutan tetap tidak berwarna
4.
Menambahkan 1 mL larutan NEDD, menggojog lalu membiarkan selama 10 menit


Larutan NEDD tidak berwarna
Setelah ditambahkan 1 mL pada larutan standar dan sampel serta menunggu selama 10 menit, larutan menjadi :
a)    Larutan 0 ppm : tidak berwarna
b)   Larutan 0,5 ppm : kuning sangat tipis
c)    Larutan 1 ppm : kuning agak tipis
d)   Larutan 2 ppm : kuning tipis
e)    Larutan 4 ppm : kuning
f)    Sampel A : kuning sangat tipis
g)   Sampel B : kuning sangat tipis
h)   Sampel C : kuning sangat tipis

7.             Pengukuran absorbansi larutan standard dan sampel
NO
PERCOBAAN
PENGAMATAN
1.
Mengatur spektrofotometer genesys 10S untuk pengukuran Nitrit
Panjang gelombang : 543 nm
Jumlah larutan standar : 4
2.
Mengukur absorbansi larutan standar
Hasil pengukuran absorbansi larutan standar :
a)    Larutan 0,5 ppm : 0,0004
b)   Larutan 1 ppm    : 0,0005
c)    Larutan 2 ppm    : 0,010
d)   Larutan 4 ppm    : 0,020
Persamaan regresi linear yang dihasilkan :
y = 0,0049x + 0,0005
Dengan nilai kelinearitasan :
R2 = 0,9933
3.
Mengukur absorbansi larutan sampel
Hasil pengukuran absorbansi larutan sampel dan kosentrasi yang terbaca :
a)    Sampel A
Absorbansi  : 0,010
Konsentrasi : 0,939
b)   Sampel B
Absorbansi  : 0,007
Konsentrasi : 0,327
c)    Sampel C
Absorbansi  : 0,006
Konsentrasi : 0,122


F.            PERHITUNGAN
Perhitungan massa NaNO2  yang ditimbang untuk membuat larutan induk NaNO2  500 ppm
Mr NaNO2         = 69
Mr NO2              = 46
C NaNO2           = 500 ppm
V NaNO2           = 100 mL        = 0,1 L

m NaNO2           =  (Mr NaNO2/(1xMr NO2)) x C x V
                           (69 g/mol / (1x46 g/mol)) x 500  x 0,1 L
                           = 75 mg
                                    = 0,075 gram

Perhitungan volume NaNO2  500 ppm yang diambil untuk membuat larutan baku NaNO2 50 ppm
C1                      = 500 ppm
C2                      = 50 ppm
V2                      = 100 mL

V1                      = (C2xV2)/C1
                           = (50 ppmx100 mL)/500 ppm
                           = 10 mL

Perhitungan volume NaNO2 50 ppm yang diambil untuk membuat larutan standar NaNO2  0 ppm
C1                      = 50 ppm
C2                      = 0 ppm
V2                      = 50 mL
V1                      = (C2xV2)/C1
                           = (0 ppm/50 mL)/50 ppm
                           = 0 mL
Perhitungan volume NaNO2 50 ppm yang diambil untuk membuat larutan standar NaNO2  0,5 ppm
C1                      = 50 ppm
C2                      = 0,5 ppm
V2                      = 50 mL

V1                      = (C2xV2)/C1
                           = (0,5 ppmx50 mL)/50 ppm
                           = 0,5 mL

Perhitungan volume NaNO2 50 ppm yang diambil untuk membuat larutan standar NaNO2  1 ppm
C1                      = 50 ppm
C2                      = 1 ppm
V2                      = 50 mL

V1                      = (C2xV2)/C1
                           = (1 ppmx50 mL)/50 ppm
                           = 1 mL

Perhitungan volume NaNO2 50 ppm yang diambil untuk membuat larutan standar NaNO2  2 ppm
C1                      = 50 ppm
C2                      = 2 ppm
V2                      = 50 mL

V1                      = (C2xV2)/C1
                           = (2 ppmx50 mL)/50 ppm
                           = 2 mL

Perhitungan volume NaNO2 50 ppm yang diambil untuk membuat larutan standar NaNO2  4 ppm
C1                      = 50 ppm
C2                      = 4 ppm
V2                      = 50 mL

V1                      = (C2xV2)/C1
                           = (4 ppmx50 mL)/50 ppm
                           = 4 mL

Perhitungan kadar nitrit (NO2) dalam sampel air


Diketahui           : y = ax +b 
                             y = 0,0049x + 0,0005
                             dimana : x = konsentrasi sampel
                                            y = absorbansi sampel

Kadar nitrit (NO2) sampel A 
Abs      = 0,010
x          = (y-0,0005)/0,0049

            = (0,010-0,0005)/00049
            = 1,939 ppm

Oleh karena dalam sampel mengandung larutan standar nitrit 1 ppm, maka:
C sampel            = x – 1 ppm
                           = 1,939 ppm- 1 ppm
                           = 0,939 ppm 

Kadar nitrit (NO2) sampel B 
Abs      = 0,007
x          = (y-0,0005)/0,0049
            = (0,007-0,0005)/0,0049
            = 1,327 ppm

Oleh karena dalam sampel mengandung larutan standar nitrit 1 ppm, maka:
C sampel            = x – 1 ppm
                           = 1,327 ppm- 1 ppm 
                           = 0,327 ppm 

Kadar nitrit (NO2) sampel C 
Abs      = 0,006
x          = (y-0,0005)/0,0049
            = (0,006-0,0005)/0,0049
            = 1,122 ppm

Oleh karena dalam sampel mengandung larutan standar nitrit 1 ppm, maka:
C sampel            = x – 1 ppm 
                           = 1,122 ppm - 1 ppm 
                           = 0,122 ppm





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.         HASIL PRAKTIKUM
Berikut ini data absorbansi larutan standar dan kurva kalibrasi yang dihasilkan :
     

   

Berikut ini data absorbansi larutan sampel dan perhitungan konsentrasinya :



B.         PEMBAHASAN
Dalam penulisan langkah kerja yang digunakan sebagai panduan praktikum terdapat kekeliruan pengetikan yang baru disadari oleh praktikan jauh hari setelah praktikum. Rancangan awal yaitu larutan induk 1000 ppm 50 mL tetapi yang tertulis adalah 1000 ppm 100 mL. Hal itu mengakibatkan kesalahan konsentrasi yang dihasilkan dan berakibat pada kesalahan konsentrasi-konsentrasi larutan baku dan standar.
Setelah perhitungan kembali larutan induk yang dibuat pada waktu praktikum adalah 500 ppm, sehingga larutan baku yang dihasilkan adalah 50 ppm, larutan standar yang dihasilkan adalah 0; 0,5; 1; 2 dan 4 ppm dengan 0 ppm sebagai blanko, sesuai pengamatan yang tertulis di bagian awal laporan ini. Dengan mengetahui absorbansi larutan standar hasil pengukuran maka praktikan membuat kurva kalibrasi secara manual menggunakan Ms.Excel. Kekeliruan juga mengakibatkan konsentrasi sampel yang tertulis dalam lembar hasil pengukuran dengan spektrofotometer terlalu besar, sehingga dengan mengetahui absorbansi larutan sampel praktikan dapat menghitung konsentrasi nitrit dalam sampel menggunakan rumus y = ax+b.






BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum “Penentuan Kadar Ion Nitrit (NO2) dalam Sampel Air” kami dapat menentukan kadar ion nitrit (NO2) dalam sampel air yang dianalisis.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa kadar ion nitrit (NO2) dalam sampel air yang dianalisis adalah sebagai berikut :
1.             Sampel A : 0,939 mg/L
2.             Sampel B : 0,327 mg/L
3.             Sampel C : 0,122 mg/L
Batas maksimum kadar ion nitrit (NO2) dalam air sesuai aturan pemerintah adalah 1,0 mg/L sehingga ketiga air yang diuji masih layak untuk dikonsumsi.






BAB VI
PENUTUP

A.           KRITIK
·                Kekurangtelitian praktikan dalam perencanaan praktikum

B.            SARAN
·                Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam membuat panduan praktikum


BAB VII
DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar